Ketika salah satu Arsitek Revolusi Islam Iran dari sayap kiri, Ali Syari'ati ditanya oleh salah satu Garda Revolusi dari sayap kanan Murthada Muthahari, "mengapa Anda terus menerus mengkritik Hauzah (semacam pusat pendidikan Islam semacam pesantren) dan tidak mengkritik pendidikan barat padahal di sana juga sangat banyak yang perlu dikritik?". Ali Syari'ati menjawab, "saya mengkritik Hauzah karena saya punya kepentingan besar untuk Hauzah bisa berbenah diri dan maju", sedangkan untuk pendidikan-pendidikan barat saya tidak memiliki harapan apa-apa di sana".
Iya. Dalam perkara kritik mengkritik kita sering menemukan beragam tanggapan. Ada yang menanggapinya positif sebagai alat untuk mengevaluasi diri dan kebijakan, namun tak sedikit yang menanggapi negatif dan memusuhi pengkritik.
Namun demikian, nampak bahwa kita belum siap dengan tradisi kritik mengkritik, baik pihak yang dikritik maupun pengkritik. Yang dikritik alih-alih mengevaluasi diri dan kebijakan malah tak jarang ia menganggap dihina. Demikian pula pengritik, alih-alih ia memberikan kritik malah terjebak pada menghina dan tak jarang memfitnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar