Sekolah dalam terminologi
Latin skhole, scola, scolae atau skhola
yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang. Artinya bahwa pada masa itu
sekolah adalah suatu aktivitas di waktu luang bagi anak-anak. Pengisi waktu
luang menandakan bahwa sesungguhnya anak-anak memiliki kegiatan utama. Tidak ada kegiatan utama seorang anak kecuali
bermain. Dengan bermain mereka menghabiskan
waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Sebagai pengisi waktu luang, kegiatan yang
dilakukan itu adalah mempelajari bagaimana berhitung, mengenal huruf dan membaca, mengenal tentang budi pekerti dan estetika. Adapun dalam kegiatan scola tersebut
anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang kepribadian dan
perkembangan anak. Dengan begitu anak mampu menciptakan dunianya sendiri melalui
berbagai pelajaran-pelajaran tersebut di
atas.
Dalam perkembangannya sekolah kemudian melembaga yang
tentunya menjadi ruang dan waktu bagi anak dan remaja, akhirnya sebagaimana
yang disinyalir Ivan Illich bahwa pendidikan sekolah telah berkembang menjadi
alat yang diperlukan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna[1].
Melihat perkembangan kekinian dan apa yang
disinyalir Ivan Illich diatas, menandaskan bahwa kehadiran Pendidikan Sekolah
pada dasarnya adalah demi menciptakan individu yang mampu mendorong masyarakat
yang terbelakang menjadi maju, masyarakat yang kacau menjadi tertib, tak
memiliki tujuan menjadi terarah, minim pengetahuan menjadi berpengetahuan
lebih, atau dihadirkan untuk menjadi upaya mempermudah merekayasa kecerdasan
manusia agar lebih kreatif dan berdab.
Bila kita mengikuti alur diatas, maka mestinya
masyarakat yang telah bersekolah menjadi masyarakat yang memiliki cara berpikir
yang maju, menjadi tertib, terarah, berpengetahuan lebih, berbondong-bondong
mengasah kecerdasan dengan belajar pada akhirnya mencerminkan masyarakat yang kreatif inovatif dan beradab.
Namun faktanya, masyarakat yang bersekolah
terkadang menunjukkan hal yang terbalik. Fakta makin banyak angka kejahatan
yang ditimbulkan oleh orang-orang bersekolah. Bahwa sekian banyak yang menguras
energy lembaga-lembaga penegak keadilan adalah orang-orang yang pernah melalui
jenjang-jenjang pendidikan sekolah. Bahwa
kian marak tauran yang menghiasi layar kaca adalah tauran antar mahasiswa dan
tauran antar pelajar yang notabene berada pada lembaga-lembaga pendidikan
sekolah. Bahwa para pejabat public yang mempertontonkan gelagat aneh saat
diskusi dan berdebat dilayar TV kita adalah adalah orang-orang yang pernah bersekolah.
Bahkan tak jarang kita melihat bahwa masyarakat yang
tak bersekolah bahkan buta hurup berpikir lebih maju –jika dilihat dari
pyramidanya Maslow[2]- dimana
bisa lebih tertib, lebih bijak, lebih
santun dan gigih mengembangkan diri dan bahkan merasa resah dengan perilaku
masyarakat yang bersekolah. Pun tak jarang bahkan hampir kebanyakan agen-agen pengelola
sekolah terbukti tidak tertib sering dan justru dikonstruksi oleh lingkungan
masyarakatnya.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah semua
yang nampak hari ini karena kita telah jauh melenceng dari sejatinya sekolah
dengan terlalu jauh merampas hak-hak saat anak-anak dan remaja untuk tujuan dan
angan-angan yang pada dasarnya menurut
Ivan Illich adalah mitos..?
Bersambung….
----------------------------------------------------***----------------------------------------------------
(Ide kocak ini lahir saat rapat penetapan kenaikan kelas dimana saat itu
berseliweran berbagai cara pandang atas segala kepentingan disekolah. Pada saat
yang sama penulis masih dipengaruhi oleh cara pandang Muhsin labib dalam salah satu
tulisannya tentang agama. Jadi bukan tidak mungkin ada kesamaan struktur
kalimat)
----------------------------------------------------***----------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar