Selasa, 16 Juli 2013

Sekolah (1) : Apa Sejatinya ?



Sekolah dalam terminologi Latin  skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang. Artinya bahwa pada masa itu sekolah adalah suatu aktivitas di waktu luang bagi anak-anak. Pengisi waktu luang menandakan bahwa sesungguhnya anak-anak memiliki kegiatan utama.  Tidak ada kegiatan utama seorang anak kecuali bermain. Dengan bermain mereka menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.

Sebagai pengisi waktu luang, kegiatan yang dilakukan itu adalah mempelajari bagaimana berhitung, mengenal huruf dan membaca, mengenal tentang budi pekerti dan estetika. Adapun dalam kegiatan scola tersebut anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang kepribadian dan perkembangan anak. Dengan begitu anak mampu menciptakan dunianya sendiri melalui berbagai  pelajaran-pelajaran tersebut di atas.

Dalam perkembangannya sekolah kemudian melembaga yang tentunya menjadi ruang dan waktu bagi anak dan remaja, akhirnya sebagaimana yang disinyalir Ivan Illich bahwa pendidikan sekolah telah berkembang menjadi alat yang diperlukan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna[1].

Melihat perkembangan kekinian dan apa yang disinyalir Ivan Illich diatas, menandaskan bahwa kehadiran Pendidikan Sekolah pada dasarnya adalah demi menciptakan individu yang mampu mendorong masyarakat yang terbelakang menjadi maju, masyarakat yang kacau menjadi tertib, tak memiliki tujuan menjadi terarah, minim pengetahuan menjadi berpengetahuan lebih, atau dihadirkan untuk menjadi upaya mempermudah merekayasa kecerdasan manusia agar lebih kreatif dan berdab.  

Bila kita mengikuti alur diatas, maka mestinya masyarakat yang telah bersekolah menjadi masyarakat yang memiliki cara berpikir yang maju, menjadi tertib, terarah, berpengetahuan lebih, berbondong-bondong mengasah kecerdasan dengan belajar pada akhirnya mencerminkan masyarakat yang kreatif  inovatif dan beradab.

Namun faktanya, masyarakat yang bersekolah terkadang menunjukkan hal yang terbalik. Fakta makin banyak angka kejahatan yang ditimbulkan oleh orang-orang bersekolah. Bahwa sekian banyak yang menguras energy lembaga-lembaga penegak keadilan adalah orang-orang yang pernah melalui jenjang-jenjang pendidikan sekolah.  Bahwa kian marak tauran yang menghiasi layar kaca adalah tauran antar mahasiswa dan tauran antar pelajar yang notabene berada pada lembaga-lembaga pendidikan sekolah. Bahwa para pejabat public yang mempertontonkan gelagat aneh saat diskusi dan berdebat dilayar TV kita adalah adalah orang-orang yang pernah bersekolah.

Bahkan tak jarang kita melihat bahwa masyarakat yang tak bersekolah bahkan buta hurup berpikir lebih maju –jika dilihat dari pyramidanya Maslow[2]- dimana bisa lebih tertib, lebih bijak,  lebih santun dan gigih mengembangkan diri dan bahkan merasa resah dengan perilaku masyarakat yang bersekolah. Pun tak jarang bahkan hampir kebanyakan agen-agen pengelola sekolah terbukti tidak tertib sering dan justru dikonstruksi oleh lingkungan masyarakatnya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah semua yang nampak hari ini karena kita telah jauh melenceng dari sejatinya sekolah dengan terlalu jauh merampas hak-hak saat anak-anak dan remaja untuk tujuan dan angan-angan  yang pada dasarnya menurut Ivan Illich adalah mitos..? 

Bersambung….

----------------------------------------------------***----------------------------------------------------
 (Ide kocak ini lahir saat rapat penetapan kenaikan kelas dimana saat itu berseliweran berbagai cara pandang atas segala kepentingan disekolah. Pada saat yang sama penulis masih dipengaruhi oleh  cara pandang Muhsin labib dalam salah satu tulisannya tentang agama. Jadi bukan tidak mungkin ada kesamaan struktur kalimat)
----------------------------------------------------***----------------------------------------------------


[1] Illich, Ivan.  Perayaan Kesadaran, Ikon Teralitera. Yogyakarta 2002. H. 145
[2] Pyramida Maslow , berturut-turut dari puncak hingga dasar;  Transcendence, self-actualization, Aesthetic Needs, Know & Understand, Estem Needs, Belongingness & love Needs, Safety Needs, Physiologicak Needs.

Tidak ada komentar: